Wednesday, December 31, 2008

Happy New Year 2009 !

1 Januari 2009

Kira-kira baru sekitar 15 menit gw menikmati tahun 2009. Diantara dentum suara kembang api yang bersahut-sahutan seperti layaknya sebuah perlombaan. Bahkan saking kerasnya terasa seperti ditengah medan perang. Riuh rendah tidak karuan. Alhamdulillah malaikat kecil gw, Emil, masih terlelap pulas disamping gw. Tidak terganggu sama sekali. Sementara gw merasa sangat tidak nyaman dengan suara-suara tadi hingga terpaksa bangun lagi dari tempat tidur dan menuliskan ini. Sama dengan gonggongan Rottweiler tetangga sebelah rumah setiap kali mendengar suara dentuman kembang api. Atau alarm mobil tetangga yang menjerit-jerit kesenggol sensornya. Suami gw? Tenang, masih di kantor hehehehe....

Tadi sore secara mendadak gw memutuskan untuk membuat acara bakar membakar seafood kecil-kecilan di rumah. Dua orang asisten di rumah gw minta pergi ke supermarket untuk belanja segala keperluan. Termasuk peralatan membakar yang selama ini tidak gw punyai. Mengikuti nasehat nanny-nya Emil, akhirnya dibelilah sebuah tempat membakar yang sederhana. Kalo di Solo mungkin yang terbuat dari gerabah itu lho. Tapi di Jakarta susah menemukan yang seperti itu. Yang ada ya yang terbuat dari besi atau alumunium. Lalu sejumlah ikan, udang dan cumi. Tak lupa aneka minuman ringan. Murah meriah saja. Toh intinya gw ingin membuat kegiatan yang bersifat perayaan kepada orang rumah. Bukan perayaan mewah, tapi paling tidak membuat mereka senang mempunyai sesuatu yang khusus untuk dirayakan.

Sambil mengipasi tungku besi yang membakar ikan Baronang, gw kembali memikirkan tentang perayaan tahun baru. Apa ya artinya buat gw pribadi?

Ingatan gw kembali ke masa silam. Dalam keluarga gw, tidak ada tradisi khusus untuk merayakan pergantian tahun. Semua berlalu biasa saja. Bagi gw tiap tahun sama saja, sama susahnya hehehe... Hingga suatu ketika, diawal gw mulai menyanyi, gw melihat salah seorang teman kerja yang memberikan ucapan selamat tahun baru dengan sungguh-sungguh. Serius. Artinya, dia benar-benar mendoakan melalui ucapannya. Woow....gw terkesima. Terpana. Apakah ini??

Sejak itu gw seperti menemukan sesuatu yang baru. Gw baru sadar bahwa pergantian tahun memiliki arti yang mendalam bagi sebagian orang. Sebuah momentum. Selanjutnya gw sering mendengar orang membuat resolusi tahunan, pengharapan dan segala macam yang terkait dengan penyambutan tahun baru. Dan yang tak kalah seru, setiap tahun gw melewatinya dengan perayaan. Meskipun paling sering karena memang gw sedang bekerja disitu.

Kembali ke tadi sore, gw merasa semakin tidak menemukan apapun dalam pergantian tahun kecuali gegap gempita perayaan. Dan ini mungkin berlaku juga untuk penanggalan Jawa maupun Islam. Gw merasa, tahun yang berganti hanyalah menanggalkan angka. Apa yang terjadi di tahun yang baru adalah segala sesuatu yang sudah semestinya. Mengikuti takdir dan nasib yang telah digariskan oleh Allah SWT. Buat gw, tahun baru tidak berarti sesuatu yang baru. InsyaAllah gw masih akan hidup dengan segala kondisi yang menyertai gw di tahun sebelumnya. Apa yang gw rencanakan di tahun sebelumnya, mungkin akan terwujud di tahun yang baru. Tapi bukan berarti gw melakukan sesuatu yang baru.

Resolusi? Hmmm.....gw suka merencanakan segala sesuatu. Karena gw paling tidak suka ketidakpastian. Jadi tentu saja gw akan merasa lebih nyaman dengan perencanaan. Tapi ternyata, kalo gw ikut-ikutan membuat resolusi ya jadinya cuman ikut-ikutan. Gw gak pernah merasa harus membuat resolusi di pergantian tahun. Mungkin karena kini gw lebih mengikuti kemana nasib membawa gw. Go with the flow. Beberapa hal yang bisa gw rencanakan pasti gw lakukan. Tapi itu tidak memiliki kaitan sama sekali dengan pergantian tahun. Hidup sangat dinamis. Perubahan bisa terjadi kapan saja. Jadi gw berprinsip untuk menyikapi hidup dengan mencoba bijaksana. Tidak memenuhi hidup dengan mimpi-mimpi muluk dari hasil kontemplasi akhir tahun.

Buat gw pribadi, momentum ulang tahun lebih membawa arti khusus. Sebuah peristiwa yang menjadi simbol dibunyikannya lonceng kehidupan. Sebuah pengingat bahwa gw tak lagi muda dan harus segera mempersiapkan diri menghadapi hari tua.

Well, pergantian tahun juga sebuah momentum. Manfaatkan jika memang memberikan manfaat. Jika tidak, nikmati seperlunya.

Seperti yang gw lakukan.

Happy New Year 2009, everyone!
Still wishing you all  the best for this year…


gambar ambil disini.











Sunday, December 28, 2008

Tentang Sesuatu : Refleksi Persahabatan

Seorang teman yang gw kenal cukup baik, tiba-tiba menyembunyikan sesuatu. Bukan sesuatu yang penting atau dramatis seperti dia berselingkuh dengan pasangan gw atau dia melakukan tindakan kriminal. Sesuatu yang menurut gw biasa aja, tapi menjadi luar biasa karena dia memutuskan untuk tidak menyeritakan itu kepada gw. Keputusan yang membuat tanda tanya besar dalam diri gw : bagaimana orang lain memandang gw?

Sesuatu yang disembunyikan teman gw tadi gw ketahui dari orang lain dengan mudah. Karena seperti yang telah gw utarakan diatas bahwa sesuatu yang dimaksud itu bukanlah ”big thing”. So, everyone knows, but me. Ketika gw konfirmasi kepada temen gw tersebut, dia hanya menjawab ”tidak enak sama kamu...”. Woww.....Gw langsung terkejut! Sesuatu yang gak penting saja telah membuat temen gw merasa tidak enak kepada gw??? Am I a monster or something?

Gw mencoba memahami situasi dengan analisa gw pribadi. Ketidakenakan teman gw tadi sebenarnya adalah refleksi dari diri sendiri. Dia merasa tidak enak karena gw tidak mendapatkan sesuatu yang dia coba sembunyikan. Gw akhirnya menyadari bahwa dia adalah pribadi yang terlalu melihat segala sesuatu seperti dia melihat kedalam diri sendiri. Gw pernah mendapati sikap dia tentang salah satu teman kami yang kala itu tengah mengalami sesuatu juga. Meskipun tidak diekspresikan secara gamblang, tapi gw jelas menangkap bahwa teman gw ini menyimpan perasaan kecewa dan cemburu. Kenapa orang lain menerima nasib baik dengan mengalami sesuatu tersebut? Kenapa bukan dia?

Melihat kedalam diri sendiri tidak selalu salah. Bahkan kadang sangat diperlukan. Jika kita memutuskan sebuah tindakan yang menimbulkan akibat tertentu pada orang lain, maka pastikan bahwa kita telah melihat melalui kacamata : ”seandainya aku menjadi dia atau mereka”. Melihat diri sendiri juga penting ketika kita hendak mengukur kemampuan. Atau ketika kita ingin menjatuhkan pilihan atau kadang penilaian terhadap orang lain. Banyak hal positif dengan selalu melihat refleksi diri kita sendiri. Artinya, itu akan selalu mengingatkan kita untuk tetap berpijak di tanah dan tidak melampaui kemampuan kita.

Sedangkan ketidakenakan teman gw tadi karena dia berpikir gw pasti akan kecewa atau cemburu atau iri karena dia memperoleh sesuatu sedangkan gw tidak. Sebuah reaksi yang pernah dia rasakan sebelumnya. Dia berkaca pada diri sendiri. Hasilnya? Sebuah rumus yang diyakini teman gw tadi sebagai sesuatu yang baku, yang pasti terjadi pada setiap orang. Termasuk diri gw.

Tapi, Kawan...dia lupa satu hal bahwa : apakah gw menginginkan sesuatu tersebut? Dan jawaban gw adalah : TIDAK! I’m happy for him/her.

Karena dia adalah sahabat gw.


*gambar diambil disini*

Menghadapi Kenyataan

Suatu pagi ketika gw dan seorang temen sedang mempersiapkan pertemuan bisnis, tiba-tiba temen gw itu panik. Ternyata dia baru sadar kalo dompetnya (berikut isi) ternyata raib. Entah hilang dimana gak jelas. Yang jelas dia sangat panik. Siapa sih yang nggak? Karena hari itu dia harus kehilangan 8 kartu kredit, beberapa kartu ATM, STNK, KTP, dan kartu NPWP. Jelas terbayang betapa repot mengurus pemulihan status dokumen-dokumen berharga tersebut.

”Semoga ada orang yang baik hati balikin STNK gw...” tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut temen gw. Mimiknya sungguh-sungguh mengharap itu terjadi.
”Jangan pernah mengharapkan yang seperti itu terjadi begitu saja,” kata gw. Datar.
”Tapi sering terjadi kok,” temen gw ngotot. ”Ada orang yang menemukan STNK seseorang, dan dengan baik hati dikembalikan kepada yang punya, yang berhak”.
”Iya..tapi gak ada jaminan bahwa keajaiban seperti itu akan terjadi sekarang. Yang pasti pasti sajalah, lo bisa mulai telpon tuh bank-bank penerbit untuk mencegah penyalahgunaan kartu,” gw membalas masih dengan nada yang santai.
”Ah..lo gak asik! Gak pernah berpikir positif! Sama sekali tidak memotivasi gw!” temen gw bersungut-sungut.

Gw hanya tersenyum. Masa sih?

Gw langsung teringat pengalaman pribadi. Waktu itu gw kehilangan kalung emas. Gw masih SMA kalo gak salah. Hilang disaat gw jalan-jalan dengan temen-temen di sebuah pusat perbelanjaan di kampung halaman gw. Gw merasakan panik. Bukan karena gw merasa barang itu berharga buat gw, atau gw sangat sayang dengan benda itu, atau nilai-nilai sentimentil romantis lain. Simpel aja : gw takut dimarahin Mamah! hehehehe...

Di usia gw kala itu, kedewasaan baru tumbuh seujung kuku. Meskipun gw udah bisa cari duit sendiri, tapi sifat kekanakan masih menjadi bagian diri gw.  Harap maklum sodara-sodara, gw lahir sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya dalam keluarga hehehe..... Mamah pasti marah, karena mendandani anak perempuan yang sudah menginjak usia perawan dengan perhiasan emas menjadi semacam budaya yang susah dihilangkan dalam kehidupan kami. Maksud gw, dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kata Mamah, ”ora ilok” kalo anak perawan gak pakai perhiasan emas. Dan sebagai masyarakat Jawa yang hidupnya susah, bisa beli kalung emas pasti memerlukan upaya luar biasa.  Baca = menabung dengan susah payah.  Jadi, pasti nyokap telah berjuang mati-matian menyisihkan uang buat beli kalung itu. Dan ternyata....hilang!

Saking paniknya, gw sampai gak berani pulang ke rumah. Gw malah sengaja ke rumah oom gw (adek bokap). Kenapa? Karena gw teringat cerita-cerita sesepuh dalam keluarga gw dimana konon si oom ini punya ”ilmu lebih” alias ”pinter”. Berbagai cerita masa lalu tentang kehebatan si oom telah sering membuat gw dan kakak-kakak gw yang mendengar menjadi terkagum-kagum. Nah, kisah oom yang jago ini meracuni pikiran gw bahwa dia pasti bisa membantu gw menemukan dimana kalung itu berada. Gw sangat berharap, karena gw yakin si oom ini punya ”kemampuan”.

But, you know what?

Gw lupa bahwa ilmu itu kalo gak diasah ya lama-lama ilang. Gw lupa bahwa kisah kehebatan si oom terjadi bertahun-tahun lampau ketika gw masih anak-anak. Bukan remaja seperti waktu gw kehilangan kalung itu. Semenjak menikah dan beranak pinak dia telah meninggalkan kehidupan sebagai seseorang yang memiliki ”ilmu”. Si oom ternyata menjadi ”sama saja” seperti gw. Sama-sama manusia biasa. Jadinya petualangan gw berakhir dengan dimarahi nyokap dan kakak gw karena dikira ngabur dari rumah gara-gara gak dibolehin pacaran. Lhahh???? Gak nyambung beneeeeeerrrrrr....hehehehe.....

So, kalimat pengharapan temen gw tadi telah mengingatkan kembali pada suasana keputusasaan yang pernah gw alami. Situasi yang demikian sering membawa orang tanpa sadar memilih jalan yang salah. Seperti gw. Kalo temen gw, memang tidak salah dia berharap. Tapi, sebagai insan manusia yang memiliki keterbatasan, nikmati sajalah keterbatasan itu. Artinya, jangan karena kita menghadapi masalah yang diluar kemampuan lalu kita menggantungkan harapan pada sesuatu yang masih absurd. Pikirkan hal-hal untuk menyelesaikan masalah, bukan membiarkan pikiran kita dipenuhi perkiraan atau kemungkinan akan hal-hal yang dapat membantu kita menyelesaikan masalah. Seperti temen gw tadi, daripada dia mengharap yang belum tentu terjadi sementara STNK dan dokumen lain sudah pasti dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari, maka sebaiknya dia mulai menyelesaikan masalah dengan tindakan yang sebenarnya. Menelepon bank, pergi ke bank, pergi ke kantor polisi, pergi ke kelurahan dan lain sebagainya. Ribet? Pasti. Tapi keribetan itu sudah pasti akan membawa dia memperoleh kembali STNK baru dan kartu-kartu baru yang lain.

We believe in God, tapi bukan berarti kita gak perlu usaha. Jadi, kalo ada masalah, selesaikan dengan cara-cara yang memang sudah seharusnya. Jangan berdiam diri, atau lari atau berputus asa. Tetap berdoa, tapiii...mulai selesaikan setiap masalah dari bagian yang paling mudah. Perlahan, sesuai dengan tahapan permasalahan yang dihadapi. InsyaAllah semua akan mudah dilalui.


*gambar diambil disini*

Sunday, December 7, 2008

Ian & DHF




Minggu sore (30/11/08) Ian mengeluhkan lemas dan tubuhnya panas. Malam hari dia muntah sampai 4 kali. Keesokan harinya, gw bawa dia ke rumah sakit. Karena panasnya yang tinggi hingga 39 derajat, oleh dokter yang bertugas diberi penurun panas yang dimasukkan lewat dubur. Selama ini yang gw tahu, obat ini lebih ampuh dibanding penurun panas oral. Dokter belum berani memastikan penyakit yang diderita anak gw karena untuk pengecekan lewat darah belum akan memberikan hasil yang tepat mengingat baru 1 hari. Lalu Ian diperbolehkan pulang dengan dibekali obat anti mual & penurun panas serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tapi hasilnya yaaa sama juga. Dia tetep panas dan tetep muntah. Saking tingginya si panas kadang dia lupa apa saja yang udah dia lakukan.
Hari Selasa (2/12/08) gw bawa lagi ke rumah sakit yang sama. Akhirnya dilakukan cek darah. Trus karena Ian sempat muntah di ruang periksa (dan memuntahi celana panjang gw), dia diberi anti mual yang dimasukkan lewat jarum suntik. Hasil cek darah jumlah trombosit 184.000. Batas normalnya memang 150.000 s/d 400.000-an. Tapi untuk manusia yang sehat wal afiat, biasanya diatas 200.000. Jadi, dokter mencurigai adanya kecenderungan kena demam berdarah. Sementara untuk Widal-nya ada sedikit sekitar 1/80. Itu juga bukan hasil pasti karena Widal idealnya dilakukan setelah 3 hari sakit. Gw diberi opsi pulang kerumah, tapi besok pagi ke rumah sakit lagi untuk cek darah.
Gw terus terang takut banget denger cerita-cerita tentang demam berdarah. Setelah berkonsultasi dengan suami, akhirnya diputuskan untuk menginap saja. Pertimbangan gw, kalo terjadi apa-apa yang sifatnya mendadak akan memperoleh penanganan lebih awal. Untuk typhus karena belom pasti benar maka tindakan yang diberikan hanya antibiotik lewat infus.
Dan ternyata keputusan gw tepat. Hari-hari selanjutnya trombosit Ian menurun hingga mencapai 36.000.Panas dan muntah terus bersaing menunjukkan peran sampai hari ke-4 atau 5. Hari ke-5 suhunya relatif stabil, tinggal menghadapi trombosit yang meluncur jauh kebawah. Pengecekan darah sampai dilakukan 2 kali sehari. Hari ke-5 juga baru dipastikan bahwa IgG & IgM-nya positif DHF. Hasil rontgen thorax juga ditemukan sedikit cairan. Khas DHF. Karena memang sakit ini pada prinsipnya menguras cairan dan masuk ke jaringan termasuk ke paru-paru.Sementara untuk Widal tetap (hasil lab terhadap feses dan urin juga bagus). Jadi pengobatan untuk typhus dihentikan.
Dan seperti kata Tika Bisono di iklan layanan masyarakat, setelah terpuruk kebawah akhirnya naik juga si trombosit ini. Kemarin sudah 56.000 dan tadi pagi sudah 126.000. Jadi kata dokter sudah boleh pulang alias rawat dirumah. tapi gak boleh aktivitas apa2 dulu.
Alhamdulillah....doain yaaa...biar cepet pulih karena ulangan umum sudah menunggu di tanggal 15 Desember 2008 nanti.

*foto diambil sehari sebelum pulang jadi udah lumayan seger*

Friday, October 31, 2008

Emil Potong Rambut




Akhirnyaaaaaaaaaa...setelah 2 tahun usianya, tanggal 14 September 2008 yang lalu Emil potong rambut. Jadi pendek pisan skarang.

Lomba Cepat Tepat Matematika SMP

Start:     Nov 2, '08 11:00a
Location:     SMP 233 (kalo gak salah)
Mas Ian ditunjuk sebagai salah satu wakil sekolahnya untuk mengikuti Lomba Cepat Tepat Matematika Tingkat SMP. Kayaknya masih untuk wilayah Jakarta Timur. Doain yaaaaaaaaaaaaaaaa........

Meet the Claerhout

Start:     Nov 2, '08 3:00p
End:     Nov 2, '08 5:00p
Location:     Coffee Bean PIM 1
Mau ketemu Ibu Claerhout dan anak gadisnya yang masih imut-imut hehehe...sekalian reunian ama temen-temen cewek x-MZ

Visit Bandung (tentative)

Start:     Nov 4, '08 09:00a
End:     Nov 6, '08
Location:     CBU-BDO-CBU
Ikutan Mommy-nya Liv ke Bandung ;-p. InsyaAllah kalo gak ada urusan kerjaan yang mendadak mengambil jadwal hehehe

X-MZ Reunion for Cibubur Area

Start:     Nov 1, '08 11:00a
End:     Nov 1, '08 2:00p
Location:     La Rende - Cibubur
Invited personally by Mr. Aradea, our former EVP Finance.

Kacamata Gaya

Wajarnya,
umumnya,
normalnya,
….orang tuh gak kepengen pake kacamata minus. Alhamdulillah gw sampai setua ini belom disuruh pake kacamata minus. Buat yang pake, pasti ada sedikit ketidaknyamanan karena harus membiarkan benda bernama kacamata melekat seharian diseputaran wajah?

Tapi apa yang terjadi dengan anak sulung gw? Ketika gw sibuk memilih sun glasses, tiba-tiba dia minta dibelikan kacamata bening dan normal. Maksudnyah???

”Biar dianggap kutu buku, Mom...”

Whhaaaattttt??????

Selanjutnya dia memperlakukan kacamata itu laksana benda paling berharga dalam hidupnya. Disenggol adeknya aja bisa marah-marah gak keruan. Dan, akhirnya keanehan itu berakhir ketika telinga belakangnya sakit. Tertekan oleh gagang kacamata. Kebetulan juga dia lagi flu sehingga telinganya sakit sampai kedalam-dalamnya. Sempat juga dibawa ke dokter untuk diperiksa. Takutnya kalo ada infeksi. Ternyata gak papa. Syukur deh...... Tapi dia jadi enggan sendiri pake kacamata. Atau bisa jadi karena upaya menarik perhatian kaum hawa ternyata tidak cukup sukses dengan tampang kutu buku tadi hehehehe......

Prens.....emang aneh-aneh ya masa remaja tuh.....
Kira-kira jaman gw dulu seajaib itu gak yaa??

*garuk-garuk kepala*

Thursday, October 9, 2008

Catatan Mudik 2008 : The Annoying Things

Lebaran memang berasa sekali memberi perbedaan di kota kelahiran gw, Solo. Tingkat hunian hotel yang memuncak, termasuk harganya tentu saja (makasih buat mas Aji yang udah mau direpotin buat dapetin hotel!), sampai urusan-urusan lain yang gak penting.

Berikut catatan gw tentang yang gak penting-penting tapi bikin kheki :

  1. Bayar Parkir 2x Lipat
    Dari yang biasanya Cuma 1000 perak jadi 2000. Alasannya? ”Lebaran, Oom!”. Dan selalu suami gw bilang,”Rusak wis Solo gara-gara kowe...”. Mungkin karena plat mobil gw yang B, atau berlaku ke semua mobil,....meneketehe...hehehehe.... Sepele tapi ngeselin. Jadi inget kalo parkir di PasarBaru. Bikin bete karena selalu minta lebih. Nah, pas mudik pengennya Solo juga gak berubah seperti PasarBaru. Lha kok malah......*geleng-geleng*
  1. Mc Donald Versi Solo
    Berhubung Emil belom mau juga makan nasi, maka alternatif selain bubur buatan sang Nanny yaa beli bubur instan atau bubur beneran seperti bubur ayam dll. Salah satu yang jadi pilihan gw selama ini adalah bubur ayam Mc. D. Karena Emil belom mau makan yang kasar maka gw selalu minta agar pernak-pernik bubur ayam dibuat terpisah. Jadi kalo gw pesen di kasir tinggal bilang,”Bubur ayam satu, dipisah yaaa....”. Gak ada pertanyaan dari si kasir dan langsung disiapkan pesenan gw. Tapi beberapa kali gw ke Mc. D Solo (Coyudan), pesenan gw selalu dijawab dengan,”Dipisah apanya, Bu?” Ternyata harus dijelaskan, sodara-sodara. In details! Udah gitu pernah gw perhatikan ada keribetan soal dimana meletakkan pernak-pernik bubur (baca: daging ayam dkk.). Selain plastik, mereka kan punya banyak media yang bisa dijadikan tempat menyimpan. Tinggal bagaimana kreativitas masing-masing individu. Gitu aja kok repooott.....
  1. Soto Terserah
    Ada salah satu soto terkenal di daerah Kartasura. Hari kedua setelah Lebaran, kakak gw beserta istrinya makan disitu pagi-pagi. Masih suasana Lebaran, tempat itu laris manis. Pertama memang karena rasanya sehingga para pemudik banyak menyerbu karena rekomendasi sodara dkk. Kedua mungkin karena tempat lain masih pada tutup. Ditengah suasana ramai tiba-tiba ada seorang ibu yang memanggil salah satu pelayan untuk membereskan meja yang akan digunakan oleh rombongan ibu tadi. Si mas sang pelayan mendadak sontak meletakkan nampan dengan kasar ke meja tersebut sambil berkata,”Pun, Ngga, Bu... Kula nggih pun mumet kat wau enjing..” sambil ngeloyor pergi. Artinya : Nih, silakan,Bu....Saya juga udah pusing dari tadi pagi. Belajar tata krama? Belajar konsep service excellence? Mengenal kota Solo sebagai Kota Budaya? Lupakan sajah.....hehehehe....
  1. Kecewa Oleh-Oleh
    Selama ini salah satu oleh-oleh favorit khas Solo menurut gw adalah kue mandarijn Orion. Tapi apa yang terjadi ketika gw sampai di toko roti Orion? Rak-rak yang biasanya penuh dengan kue mandarijn ternyata kosong melompong. Dan yang bikin lebih emosi lagi adalah tidak ada komunikasi yang informatif dari pengelola toko kepada para pengunjung toko. Bikin tulisan yang jelas misalnya kalo kue mandarijn baru akan tersedia tanggal berapa. Atau bisa mulai dipesan untuk tanggal berapa. Bukan malah membiarkan pelanggan kebingungan. Sementara para penjaga toko yang ada lebih sibuk mengobrol dengan sesama penjaga toko atau ribet merapikan bandana yang jadi seragam mereka. Ketika ditanya kenapa ada orang yang menenteng kue mandarijn kalo katanya abis? Apakah harus pesan? Atau sebenarnya ada tapi harus menunggu? Berapa lama? Eeeh....mereka malah mengelak dan buru-buru menghindar. Kayak ada sesuatu yang ditutup-tutupi. Sebel kan lo......?



    Sampai disini kasus soto dan mandarijn memiliki pelajaran moral yang kurang lebih sama : Kalo gak niat buka, ya gak usah buka. Daripada melayani dengan setengah hati malah bikin kesel orang. Dosa pertama setelah Lebaran tuh.....hehehe....

 *gambar ambil disini*

Catatan Mudik 2008 : Kuliner ala Keluarga Pao

Sebenernya kalo mudik Lebaran malah gak bisa menikmati makanan-makanan favorit. Soalnya banyak tempat makan yang ingin dituju ternyata tutup selama puasa dan Lebaran. Tapi dengan segala keterbatasan, beberapa tempat berhasil dikunjungi juga. Diantaranya adalah :

  1. Soto Pak Karso Tipes
    Salah satu masakan Solo yang menurut gw gak ada duanya adalah soto. Buat gw gak ada yang ngalahin rasa soto Solo. Jadi sebenernya mau makan soto dimanapun asalkan masih di Solo, gw pasti suka hehehehe…
    Nah, kalo Soto Pak Karso ini karena letaknya yang deket rumah Nyokap. Jadi kalo dari hotel mau ke rumah Nyokap ya tinggal mampir aja. Tepatnya sebelah selatan Makro, sebelum jembatan, arah menuju Cemani. Yang paling gw suka disini adalah tempe gorengnya. Masih tempe bungkus, bukan tempe potong. Jadi ujung-ujungnya masih kemripik untuk dinikmati hehehe....
  1. Soto Kirana
    Kalo soto yang ini ada ayam dan daging sapi.
    Lokasinya di daerah Kawatan. Selalu rame meskipun dari cita rasa kurang mak nyus.
  1. Soto Triwindu
    Soto dagingnya pake lemak. Hati-hati aja buat yang kolesterol tinggi. Sekarang lokasinya di pinggir jalan. Kayaknya karena Pasar Triwindu sedang renovasi. Aslinya ada didalam komplek pasar. Pasar Triwindu terletak di selatan Keraton Mangkunegaran.
  1. Tahu Kupat Sida Mampir
    Selama ini yang gw tahu kalo nyari tahu kupat ya disamping Masjid Sholihin – Punggawan (sebelah utara Hotel Sahid Raya). Tapi ketika keluar dari mobil, gw langsung bingung. Kok ada banyak? Namanya sama pula. Akhirnya kami menetapkan pilihan pada warung yang berada persis disebelah masjid. Kenapa? Karena paling rame dan ada spanduk yang menunjukkan bahwa warung tersebut direkomendasikan oleh salah satu provider telepon seluler sebagai salah satu tujuan wisata kuliner. Rasanya? Tidak mengecewakan. Ada bonus lagu-lagu dari seorang mas pengamen yang duduk di pojokan warung. Emil yang mulanya bete menjadi berbinar-binar kala si mas pengamen melantunkan P.U.S.P.A-nya ST12. Plis deh...selera anak gw..huehehehe...
  1. Resto Roemahkoe
    Beberapa kali mudik, gw makan di resto ini. Lokasinya di daerah Laweyan. Tempatnya asik, tapi buat anak-anak kurang menyenangkan. Terlalu sepi. Menunya ada Indonesia yang sangat Jawa maupun internasional. Kalo buat kumpul-kumpul dengan temen atau sodara-sodara, buat gw tempat ini cukup cocok. Arsitektur rumah pribadi membuat kita serasa dirumah sendiri.
  1. Gudheg Yu Mari
    Menuruti keinginan suami yang sangat menggemari gudheg. Lokasinya di utara Plasa Singosaren atau selatan perempatan Pasar Pon. Menurut gw sih harga dengan kualitas agak kurang pas. Kemahalan! Bisa jadi karena gw bukan penggemar gudheg ;-p
  1. Galabo
    Singkatan dari Gladhag Langen Bogan. Tempatnya didaerah Gladhag. Didepan pusat perbelanjaan yang dulu gw kenal sebagai Beteng. Tapi kalo gak salah sekarang bernama Pusat Grosir Solo (PGS). Semacam food court dengan cara menutup jalan umum yang ada didepan pusat perbelanjaan.
    Karena itu hanya buka di malam hari. Kita bisa menemukan hampir semua menu favorit Solo disini. Tempatnya rame kayak pasar malam. Kalo ujan? Bubaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrr....
  1. Bakmi Pak Dhoel
    Karena selama di Solo gw dan suami kena flu/batuk, jadi kami selalu
    mencari masakan yang berkuah. Salah satu pilihan di malah hari adalah Bakmi Pak Dhoel ini. Bertempat di Keprabon (pojokan perempatan yang ke arah Hotel Sahid Kusuma kalo kita dari Jl. Slamet Riyadi). Ngantri lama karena tempatnya juga pepet-pepetan. Rasanya? ”B” aja sih menurut gw. Biasah.....
  1. Bakmi ....... Tipes (lupa namanya! Hehehe)
    Tempat makan bakmi-bakmian juga tapi gw lupa namanya. Lokasinya di Tipes. Sebelah utara Makro. Lumayan rame tapi porsinya dikit. Mungkin buat bapak-bapak agak kurang nendang. Yang khas dari tempat ini adalah minuman yang disediakan menggunakan gula batu. Mantab kan kalo minum teh panas dengan gula batu? Oh iya...pas lagi makan disini ketemu ama junior gw di Smaracatur, si Achi Chantique.
    Mungkin karena sama-sama orang Solo, biarpun udah sama-sama hijrah ke Jakarta tapi selera tetep sama....hehehe...tos dulu, Chi!
  1. Pis Roti Subur
    Gw paling suka ama makanan ini. Kayaknya di belahan dunia manapun gak akan nemu yang begini hehehehe...Saingannya Cabuk Rambak (gw sempet menikmati satu porsi waktu Lebaran di rumah adek bokap..Lumayaaannn....obat kangen!) ama Gempol Plered (nemu didepan Abon Varia tapi kurang endang....). Ada yang punya resepnya gak? Bagi dooon?????
  1. Wedang Jahe Muji & Pak Wir
    Namanya lagi flu/batuk, jadi kalo ketemu wedang jahe rasanya mak nyuss banget. Kami sempat menikmati wedang jahe dari wedangan Muji (Tipes – Jl. Veteran) dan Pak Wir (selatan perempatan Purwosari). Gw ama suami sepakat kalo wedang jahe Pak Wir yang lebih endang. Sewaktu melihat pilihan menu, sebenarnya suami gw sangat tertarik mencoba makan disitu. Tapi apa daya, wedang-wedang jahe kami nikmati hotel. Soalnya Emil gak bisa diem. Kalo diajak ke wedangan bisa dipastikan menghilangkan kenikmatan dan kenyamanan kedua orangtuanya hehehehe....


Beberapa tempat yang kemaren belom sempat gw datangi adalah O Solo Mio (soalnya suami lebih suka nyari menu-menu Jawa), Pecel Solo (tutup), Bakmi Thoprak Yu Nani, Dhawet Pasar Gedhe (lagi flu mana enak minum es??), Selad Solo deket rumah Budhe gw.....dan masih banyak lagi.

Kalo nanti mudik lagi, semoga Emil sudah bisa makan nasi. Jadi gak bikin ribet. See you next year, Solo Mio!

*gambar ambil disini*

Catatan Mudik 2008 : Intimidasi Nama Panggilan

Gw rasa semua orang punya nama panggilan. Entah itu diambil dari nama lengkap atau muncul entah darimana (kebiasaan, peristiwa, ledekan atau iseng ajah). Seperti halnya gw. Ada nama panggilan kesayangan untuk keluarga dan para tetangga. Kalo gak salah sih karena dulu kakak gw gak bisa mengucapkan konsonan “Vi” dari nama gw. Hasilnya mengubah pengucapan menjadi “Pi”. Temen-temen esde dan esempe umumnya memanggil dengan nama yang sesungguhnya. Maksud gw nama depan disebutkan secara utuh, tanpa dipenggal atau ditambahin. Kalo masa esema dan kuliah lebih banyak menghilangkan huruf “a” yang mengakhiri nama depan gw. Tapi ada juga beberapa panggilan yang jauh dari nama asli gw. Yang ini biasanya karena suatu kondisi khusus terjadi sehingga membuat nama panggilan tersebut tercipta.

 Apakah gw minta dipanggil dengan nama itu? Nope.
Apakah gw terlahir dengan nama itu?
Of course not.

Tapi pengalaman mudik kemaren membuat gw merasa terintimidasi dengan keberadaan nama panggilan itu. Ini terjadi ketika gw menelepon sahabat lama di Solo.

” Halooo..”, suara diseberang menjawab. 80% sih gw yakin itu nyokapnya.

” Haloo, Tante.... Si X ada?” tanya gw.

”Ada. Dari siapa neh?”

”Dari Silvi”.

”Ooh...Silvi. Alias?” nadanya menggantung dan segera suara di seberang jelas memperdengarkan tawa kecil. Atau paling tidak senyuman lebar yang mengeluarkan suara.

”Aliaaaas.....sekarang pake alias gitu, Tante?” gw mencoba mengendalikan perasaan dengan membalas pertanyaan dengan pertanyaan. Tak lupa gw imbuhi dengan tawa kecil supaya suasana tidak berubah menjadi panas karena sesungguhnya gw rada emosi.

Gw memang tidak terbiasa menyebut diri gw dengan nama-nama panggilan tersebut. Karena gw merasa telah diberi nama yang gak jelek-jelek amat oleh orang tua gw (tapi tetep aja bermutasi gara-gara abang gw...hhhhhhh!). Jadi gw gak merasa malu atau apalah namanya sehingga merasa perlu menciptakan sebutan khusus buat diri gw. Beda dengan anak sulung gw yang memang gw desain supaya dipanggil ”Ian” dari kependekan nama pertamanya ”Febrian”.  Dari kecil sampai sekarang dia lebih nyaman menyebut atau menuliskan namanya dengan nama panggilan itu. Nama lengkap hanya akan dia tulis kalo memang diminta. Sewaktu esde dia selalu menuliskan nama panggilan itu di kertas ulangan.

Sedangkan gw, setiap ada pertanyaan ”Siapa nama Anda?” atau ”Siapa ya?” atau ”Dari siapa?”, pasti gw jawab dengan menyebut nama asli gw. Maksudnya nama pertama gw. Paling hanya ilang huruf ”a”-nya supaya mudah diucapkan (jadi 2 suku kata aja). Reaksi orang-orang seperti nyokap temen gw diatas membuat gw merasa terintimidasi. Seolah-olah, nama panggilan itu adalah nama asli gw. Trus sekarang gw malu menggunakan nama tersebut.  Tawa si Tante terdengar seperti ejekan di telinga gw. Dalam benak gw, kok gw seperti seseorang yang telah pergi meninggalkan kampung halaman dan mengganti nama asli. Lalu ketika bertemu orang dari masa lalu, gw langsung menolak dipanggil dengan nama asli.

Guys, it’s not my real name!!!!!

Tapi kenapa masih ada orang yang menganggap bahwa memanggil gw ya harus dengan nama panggilan itu? Trus, apa gunanya gw diberi nama lengkap sejak lahir?? Didaftarkan pulak di Catatan Sipil!?!

 Sebenarnya, siapa sih yang punya nama???@#$%^&*......

 *bingung,bete,sebel*
gambar ambil disini


Saturday, September 20, 2008

Emilio 2nd Birthday Party.




Foto-foto waktu Emilio Junino R. Pao. Harusnya sih tgl 23 Juni 2008. Tapi dimundurin pelaksanaannya di hari minggu tanggal 29 Juni 2008. Duh...anak gw tambah besar hehehehe.....

Seminar

Start:     Oct 9, '08 8:00p
End:     Oct 10, '08
Location:     Ritz Carlton, Jakarta

So Long, 9th Floor!

Akhirnya, berakhir sudah kehidupan gw di Jl. Angkasa Kemayoran. For almost 8 years. And I can say almost for nothing. Nyaris tanpa arti untuk karir gw. Tapi bagaimanapun rentang waktu yang lumayan panjang itu telah membawa gw mengenal banyak orang. Termasuk mereka yang ada di lantai 9, khususnya yang seruangan dengan gw.

Hari Jumat 12 September 2008 yang lalu merupakan hari terakhir gw menginjakkan kaki di lantai 9. Ketika jam kantor usai, dan kami mulai berpamitan....sumpah, gw sediih! Sebenernya gw udah mencoba tidak mau terlalu merasakan. Gak mau sentimentil. Toh gw yang memilih keputusan untuk pergi. Toh gw senang menyambut kehidupan baru diluar sana. Dan toh toh yang lain..... Tapi somehow, pengingkaran gw menemukan jalan kejujuran ketika satu per satu dari kami mulai bersalaman dan berpelukan. Sedikit demi sedikit pula gw mulai kehilangan integritas yang telah gw bangun. Gw membiarkan diri gw larut dalam kesedihan. Ternyata gw mempunyai rasa memiliki itu, dan sekarang gw sadar gw harus merelakan itu pergi.

Selama ini mungkin memang kami semua gak selalu sejalan. Setiap ada pekerjaan belum tentu kami sepaham. Tapi kami adalah keluarga kecil yang sesungguhnya. Karena hampir 8 jam sehari dan 5 hari dalam seminggu kami selalu bertemu. Mungkin interaksi yang terjadi antara kami lebih banyak dibandingkan dengan masing-masing keluarga dirumah. Becanda, saling mengolok dan saling membantu. Kami memang benar-benar keluarga kecil.

Dan kini, keluarga kecil itu telah sampai di akhir perjalanan. Semua anggota keluarga memutuskan untuk melanjutkan kehidupan masing-masing ditempat lain. Tidak banyak kata yang terucap. Tapi dalam hati masing-masing telah terpatri kenangan bahwa kami pernah memiliki satu sama lain.

 ”...so it’s the laughter...
We will remember...
Whenever we remember…
The way we were…”

(The Way We Were – Barbra Streisand)

Thursday, September 4, 2008

Family Does Matter

Hari ini (4/9/08)  sudah ada pengumuman siapa saja yang diloloskan ikut Program Pengurangan Pegawai 2008 alias pensiun dini. Perasaan gw? Biasa ajah. Hehehe …. Pergolakan batin sudah gw lalui kemaren-kemaren. Jadi, hari ini gw menjiwainya dengan tingkatan B (baca : biasa). Satu hal yang pasti memang ini menjadi peneguhan buat gw pribadi bahwa gw harus mulai berbenah dan menghadapi apa saja yang mungkin terjadi. I’m free and I’m ready!

 

Satu hal yang gw pelajari dari masalah ini adalah gw masih punya perasaan iri dan cemburu. I know, masih manusiawi karena gw kan manusia toh? Tapi dengan demikian gw kembali diingatkan bahwa gak semua orang memiliki pandangan yang sama dengan gw. Meskipun untuk sebuah hal dimana sebagian besar orang berpendapat sama. Ternyata masih ada segelintir orang dengan pandangan yang berbeda atau bertolak belakang. Dan mereka ada.

 

Hampir semua orang menyatakan menolak ikut pindah ke Makassar. Tapi nyatanya kalimat ini bukan hukum mati. Karena ada yang tetap ingin pergi, apapun kondisinya. Bahkan buat perempuan yang berkeluarga dan beranak pinak. Kalo dia asli Makassar, masih bisa dipahami tanpa banyak tanda tanya. Tapi ada yang asli Jawa medok nekad meminta diikutsertakan ke Makassar. Banyak yang mencemooh. Banyak yang merendahkan karena dianggap menjilat bos baru agar bisa diangkut kesana. Tapi ternyata ketika kita melihat lebih dalam, gak sesederhana itu lho. Kodratnya sebagai wanita yang mengurusi rumah tangga sangat dia pahami. Tapi suaminya hanyalah seorang pekerja kontrak. Bisa kalian bayangkan ketika kontrak suaminya habis (karena memang biasanya hanya berlaku dalam periode tertentu) lalu menunggu pekerjaan baru yang belum tentu langsung didapat, dan dia hanya sebagai ibu rumah tangga? Lalu  bagaimana keluarga ini bertahan hidup?

 

Gw merasa iri dan cemburu karena ada juga perempuan yang bisa pergi. Tapi akhirnya gw sadar  bahwa hidup ini memang pilihan. Gw memilih apa yang gw pilih sekarang karena meyakini hal lain yang menurut gw lebih penting : keluarga. Terutama suami gw, yang telah menemani segala keresahan gw sebelum memutuskan mengundurkan diri.

 

People come and go, but family stay.

No matter what happened to us.

 

*gambar ambil disini*

 

Wednesday, September 3, 2008

Mudik Lebaran 2008

Start:     Sep 28, '08 05:00a
End:     Oct 7, '08 05:00a
Location:     Purworejo, Jogja, Solo dan sekitarnya.
Setelah bertahun-tahun gak mudik pas Lebaran, akhirnya suami bisa ambil cuti buat mudik.
Assiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikk....:-)

Buka Bersama Alumni Smaracatur

Start:     Sep 12, '08 05:00a
End:     Sep 12, '08 09:00a
Location:     Omah-e mas Bono, nang Buncit
Buka puasa bareng-bareng alumni SMA 4 Solo yang ada di Jakarta.

Pengumuman Program Pengurangan Pegawai

Start:     Sep 3, '08 03:00a
Location:     MZ KMO Office
Jobless!!!!!

Wednesday, August 20, 2008

Hari-Hari Tidak Menyenangkan.....

Kemaren (20/8/08) gw udah secara resmi menandatangani formulir pendaftaran Program Pengurangan Pegawai 2008. Sesuai hitungan, gw cuman dapet 24,55 kali gaji (take home pay). Seandainya gaji gw guedhe, pengalinya segitu udah gede banget yak? Sayangnya gaji gw biasa-biasa ajah hehehe… Well, emang niat gw ikut program itu kan bukan karena ngincer duitnya. Tapi karena gw gak mau ikut pindah ke Makassar. That’s it.

 

Sementara itu, suasana di kantor sudah mulai  tidak nyaman. Keputusan untuk ikut program atau ikut pindah memang sangat pribadi. Kita gak bisa memaksa orang memilih salah satu jika memang tidak sesuai hati nurani. Beberapa orang dengan sadar dan antusias mendaftar ikut program ini. Salah satunya gw. Sadar karena memang tidak ada jaminan akan kelangsungan hidup perusahaan di kemudian hari jika pindah ke Makassar. Antusias karena dengan pesangon yang akan diterima kita bisa berbuat sesuatu. Terserah kita mau apa hehehe...

 

Ada seorang ibu yang menangis ketika mengetik isian formulir. Berpuluh tahun dia mengabdikan diri di perusahaan ini. Dan ketika harus pergi, bukan karena pensiun sesuai jadwal. Tapi karena hal yang tidak diinginkan dan diluar kuasanya. Ada juga yang berurai airmata di depan loyal customer sembari pamitan. Karena sudah bertahun-tahun membina hubungan baik, jadi berat rasanya ketika harus mengucapkan selamat tinggal.

 

Disamping kelompok yang menerima dengan baik PPP tersebut, ada juga yang bersiap mengikuti kepindahan ke Makassar. Faktor usia kadang membuat pegawai laki-laki memilih untuk tetap pergi. Karena mencari pekerjaan di tempat lain juga pasti berat. Perusahaan-perusahaan baru mendingan nyari pegawai yang masih muda. Lebih fresh dan gajinya gak terlalu tinggi. Iya kan?

 

Dan yang paling mencolok adalah obrolan setiap orang yang berkerumun di lingkungan perusahaan. Bisa dipastikan pembicaraan mereka gak jauh-jauh dari rencana kepindahan maupun PHK. Dari masalah mendaftar sampai nasib pengembalian pinjaman mereka ke Koperasi. Belum lagi harus menghadapi kenyataan bahwa keluarga tak sesiap mereka dalam menghadapi kondisi ini. Ada mertua yang langsung sakit ketika ada teve yang menayangkan berita ini. Ada juga sang istri yang jatuh sakit karena stres. Wis..macam-macam lah pokoknya.

 

Ternyata memang pengurangan 1309 orang bukan lah hal sepele......

 

*gambar ambil disini.

Wednesday, August 13, 2008

Ku Memutuskan

Gw adalah orang yang tidak terlalu menyukai perubahan yang sifatnya drastis. Konservatif. Tapi gw rasa sebagian besar orang ketika sudah menemukan comfort zone, akan susah untuk melangkah keluar menghadapi ketidakpastian. Tapi bukan berarti gw tidak pernah mengambil keputusan besar dan penting dalam hidup gw. Mengakhiri pernikahan, berhenti menyanyi, hijrah ke Jakarta dan menikah kembali dengan konsekuensi perbedaan yang besar (agama dan usia). Tidak mudah, berdampak besar pada banyak hal, tapi alhamdulillah gw berhasil melewatinya. Paling tidak, gw bertahan dan tidak melarikan diri dari apa yang sudah gw putuskan sendiri.

Sekarang, gw juga harus mengambil keputusan. Perusahaan tempat gw bekerja sudah menyatakan akan memindahkan kantor pusatnya ke Makassar. Sebenernya lebih kepada keputusan politis sih. Karena posisi perusahaan gw yang sedang diselamatkan oleh pemerintah melalui suntikan dana. Jadi mungkin my new big boss is trying to be a nice boy to Mr. President. Salah satunya dengan menunjukkan langkah nyata memperbaiki kondisi perusahaan yaitu memindahkan kantor pusat ke Makassar. Alasannya untuk mendekatkan diri pada pasar yang selama ini sudah membesarkan perusahaan, yaitu wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Sebagai informasi, perusahaan gw memang lebih menuai untung di wilayah tersebut dibanding wilayah Barat.

Keputusan memindahkan kantor pusat dikombinasikan pula dengan upaya merestrukturisasi sumber daya manusia yang ada. Perbandingan ideal antara alat produksi dengan manusianya adalah 1 : 50. Sedangkan di perusahaan gw yang terjadi adalah 1 : 100. Jangan tanya kenapa itu bisa terjadi. Banyak hal terjadi di rezim-rezim sebelum gw masuk perusahaan. Jaman jahiliyah dimana KKN menjadi sebuah sistem yang merajai seluruh infrastruktur di Indonesia. Dan ketika krisis ekonomi menyerang serta bisnis penerbangan mengalami perkembangan sesuai tuntutan jaman, maka yang tersisa di perusahaan ini adalah kerusakan yang parah. Termasuk jumlah manusia yang luar biasa banyak sementara alat produksi makin mengecil jumlahnya. Apalagi mental manusianya juga masih terkungkung dalam paradigma lama serta budaya “pegawai pemerintah” yang membuat mereka lamban menyikapi perkembangan.

Jadi, perusahaan diharuskan mengurangi karyawan sebanyak 1309 orang. Polanya adalah melalui pendaftaran sukarela (pensiun dini). Kompensasinya lumayan meskipun gak bombastis. Tapi ada peluang ditolak jika perusahaan menganggap masih memerlukan kehadiran mereka untuk memajukan perusahaan. Jika jumlah pendaftar sukarela tidak memenuhi kuota, maka akan dilakukan pola penunjukkan.

Bagaimana dengan gw? Gw sebenernya gak ada masalah dengan fokus bisnis perusahaan yang berubah. Lebih fokus ke wilayah Indonesia Tengah dan Timur Indonesia berarti lebih banyak melayani penerbangan pesawat kecil dan perintis. Masalah gw hanyalah kepindahan ke Makassar. Suami dan 2 anak adalah pertimbangan utama gw. Kepindahan ini juga tidak menyisakan kantor penghubung di Jakarta. Gw gak mau bertahan di Kantor Perwakilan Jakarta yang akan mengalami penurunan level. Soalnya tidak banyak yang diurusi. Jadi kalo toh gw minta tempat disitu juga gak akan membuat gw menjalani karir yang lebih bagus.

So? Gw memutuskan untuk mendaftar program pensiun dini saja. Berapa yang gw peroleh? Gak tahu. Soalnya belum diluncurkan secara resmi. Bagaimana setelah itu? Gw juga belum tahu. Pastinya sih gw tetep mencari pekerjaan. Karena pengalaman Nyokap gw  sangat membekas. Ketika ditinggal mati Bokap, dia dalam posisi tanpa pekerjaan tetap. Alangkah bingungnya dia kala itu. Fisiknya lemah, jadi gak bisa kerja kasar. Tapi peluang kerja juga gak semudah yang dibayangkan. Itulah kenapa gw harus memiliki pekerjaan tetap. Just be prepare toh? Tapi jangan didoain yaa…hehehe..

Sedih rasanya. Hari-hari belakangan ini di kantor suasananya mulai muram. Tidak hanya karena harus memikirkan untuk mencari pekerjaan lain, tapi juga perpisahan dengan orang-orang yang sudah kita kenal sekian lama. Apalagi jika mereka sudah bekerja belasan atau puluhan tahun. Teman-teman sekerja tentunya sudah serasa sodara sendiri. Belum lagi memikirkan nasib para office boy, messenger, dan mereka yang memiliki keterbatasan dari sisi ketrampilan pendidikan maupun usia. Pasti berat untuk memperoleh pekerjaan baru. Padahal keluarganya terbiasa mengandalkan dia sebagai tulang punggung. Kasihan kan…..

Dan belum lagi bangsanya tukang jualan VCD bajakan, tukang jualan kue, tukang jualan baju, tukang pijit, dan tukang-tukang lain yang selama ini leluasa melayani pelanggan setia di kantor gw. Bingung? Hehehe…kantor gw ini memang baik hati. Hidupnya susah pun masih memberikan kesempatan bagi orang-orang seperti mereka untuk mencari rejeki. Mungkin hal-hal begini juga yang gw kangenin kalo udah gak ngantor lagi disini…….

*sediiiiiiih……..*

Monday, July 28, 2008

Persahabatan Itu Indah

Persahabatan itu memang indah. Tidak heran kenapa gw sangat menjunjung arti persahabatan. Meskipun, tidak jarang orang-orang yang gw anggap sahabat (bahkan gw anggap kerabat) ternyata menganggap gw bukan siapa-siapanya. Seperti kena pukulan telak,”Ge-eR amat sih lo…….”. Diawal gw beranjak remaja, pengalaman diabaikan oleh orang yang kita anggap sahabat sering membuat gw sakit hati. Tapi seiring berjalannya waktu, gw lebih bisa memaknainya sebagai satu fase dalam kehidupan yang harus gw lewati. With or without them, gw harus tetap menapaki masa depan toh?

 

Beberapa hari lalu gw menunggu kakak nomer 2 yang lagi dirawat di RS M.H. Thamrin – Salemba. Selama menunggui dia dikamarnya, maupun pada saat dia menjalani operasi, gw banyak bertemu teman-temannya. Bahkan, beberapa diantara mereka pula lah yang merawat dan membawa kakak gw ke rumah sakit. Untuk masuk rumah sakit kan harus ada deposit. Dan mereka pula yang menyediakan. Tanpa sedikit pun membuat itung-itungan dengan kakak gw. Yang penting sehat dulu, kata mereka. Hampir setiap teman yang datang menengok, pasti menitipkan sejumlah uang untuk mengurangi beban biaya rumah sakit.

 

Sungguh, gw sangat terkesan!

 

Mereka ini pun tidak hanya membantu secara finansial, tapi juga mau direpoti dengan mengurusi segala keperluan kakak gw selama sakit. Bahkan baju kotornya juga mereka pikirkan. Kalo mereka bekerja, istri-istri mereka yang mengantarkan makanan dan keperluan lain ke rumah kontrakan kakak gw. Luar biasa! Nampak sekali kalo mereka benar-benar sayang, bukan didasari kepentingan-kepentingan gak penting.  Dan perhatian mereka tulus, tanpa mengharap kakak gw akan memberikan sesuatu sebagai balasan. Kecuali satu permintaan bahwa kakak gw harus pulang dengan kondisi sehat.

 

Rasanya haru sekaligus iri. Karena belum tentu ketika gw mengalami kondisi seperti dia, gw akan memperoleh perhatian yang luar biasa seperti yang dia peroleh. Tapi gw sangat sayang pada kakak gw. Jadi, Alhamdulillah - Terima kasih, Ya Allah…telah Engkau jaga kakakku dengan caraMU. Dan teman-teman gw semuaaaa….doain kakak gw supaya lekas sembuh yaaaa….. Terima kasiiih…..

 

 

 

*foto diambil ketika kakak gw mau meninggalkan ruang pemulihan dan kembali ke kamarnya

Sunday, July 20, 2008

ON/OFF

Dan dimulailah hari-hari yang menyedihkan itu…..

 

Mulai hari ini (21/7/08) , gw kembali menjalani hari-hari kerja bergiliran. Maksudnya, seminggu ini adalah jatah libur (off) gw. Karena mulai hari ini, di divisi gw mulai memberlakukan jadwal masuk kerja bergiliran. Kalo sesuai Skep Direksi, harusnya sudah boleh diberlakukan mulai tanggal 15 bulan Juli ini. Tapi karena beberapa pertimbangan, boss gw memilih untuk menerapkannya mulai hari ini. Di divisi gw, polanya dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama masuk minggu ini, dan kelompok kedua masuk minggu berikutnya. Begitu seterusnya sampai keputusan mengenai program efisiensi ini dicabut kembali. Program efisiensi? Yup. Kantor gw tengah berada dalam situasi krisis. Salah satu upaya untuk menekan biaya operasional adalah dengan mengurangi biaya uang makan & transpor. Jadi, hari kerja pegawai non operasional dikurangi setengahnya. Efektif? Menekan biaya, ya ada pengaruhnya. Menumbuhkan sense of crisis? Ummmmm...not really. Karena banyak kebijakan manajemen yang masih mendua sehingga banyak karyawan yang masih belum ”ngeh” bahwa perusahaan dalam situasi krisis. Bahkan ada temen yang punya utang ke koperasi dan selalu mengeluh soal biaya sekolah anak, tapi ketika ada temen menawarkan baju batik seharga 300 rebu-an eeh...dibeli juga. Dimana krisisnya...gw gak tahu. Tapiii...asal tahu aja, perusahaan gw memang sudah bertahun-tahun dideklarasikan merugi dan perlu diselamatkan. Entah kenapa, selalu survive hehehehe.... Bulan lalu RI-2 sudah memutuskan untuk mempertahankan perusahaan ini. Meskipun Ibu Sri Mulyani tegas menyatakan : Likuidasi sajah, habis perkara. Well, kita tunggu saja apa yang akan terjadi kemudian. Namanya juga BUMN hehehe....

 

Bukan sesuatu yang baru sih. Justru karena gw pernah mengalaminya pada tahun 2005 -2006 maka gw bisa memastikan bahwa hari-hari kedepan akan sangat menyedihkan. Kenapa? Karena sebagai manusia di usia produktif, gw tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Gaji sih gak dipotong. Bahkan boleh dibilang saat ini naik gaji karena kerja setengah bulan tapi bayaran penuh. Tapi sebagai individu yang pengen maju tentunya kondisi seperti itu sangat tidak menyenangkan.

 

Gw ingat pada bulan Juni – Juli 2005 ketika gw menghabiskan sisa cuti 2004 yang digabungkan dengan jatah libur. Praktis selama 1 bulan gw berada dirumah tanpa melakukan apa-apa. And you know what? Gw seperti kena serangan depresi. Selama beberapa malam gw sempat dihantui ketakutan bahwa gw besok akan mati. Otak gw seperti tersumbat dan nyaris tidak bisa diajak berpikir jernih. Alhamdulillah gw masih waras sehingga serangan itu bisa gw atasi dengan diskusi bersama suami dan teman dekat. Alhamdulillah!Kalo gak kan gw terpaksa menginap di Grogol! Hahaha...... Setelah gw pikir-pikir, sebagai orang yang terbiasa bekerja di kantor lalu tiba-tiba harus tinggal dirumah tanpa melakukan kegiatan apapun, gw sedikit syok. Waktu itu memang gw gak punya rencana untuk melakukan apa-apa. Paling-paling program nambah anak. Dan memang ternyata ketika gw hamil, gw jadi lebih bisa menikmati jadwal kerja yang bergiliran seperti itu.

 

Pengalaman itu membuat gw sekarang harus lebih siap menghadapi hari-hari menyedihkan ini. Gw gak boleh kalah. Beberapa rencana pribadi sudah gw persiapkan. Doain aja yaa?

 

Ataw ada yang mau nawarin kerjaan?

 

 

Monday, July 7, 2008

Terkunci Jilid 2

Pernah baca yang ini kan?

Kemaren (7/7/08) kembali terulang kejadian yang sama. Bermula dari sms sepupu gw (babysitter-nya Emil lagi mudik, jadi gw terpaksa impor tantenya dari Solo) yang mengabarkan kelakuan anak sulung gw.

”Adeknya dikunci di kamarmu, Mbak”. Hadduh! Emosi sudah mulai naek. Ditambah lagi, ”Malahan adeknya tiba-tiba sudah didalam kamar mandi dan tereak-tereak minta dibukain”. Hhhhhhh....emosi makin meninggi....

 

Acara town hall meeting di kantor gw tinggal dulu. Rasanya udah pengen mengomel panjang pendek ke si sulung. Seperti biasa, jawabannya tidak bertanggungjawab dan tambah bikin marah. Duhhh!!!! Percakapan ditelpon berakhir dengan ancaman menyita playstation jika kelakuan tidak berubah.

 

Karena waktu sudah mendekati waktu pulang, maka gw memutuskan untuk tidak kembali ke town hall meeting. Toh sudah banyak yang handle, pikir gw. Akhirnya gw memilih sholat Ashar dan dilanjutkan dengan mencari tebengan pulang. Sambil menunggu konfirmasi tebengan, tiba-tiba ada sms masuk lagi. Dari sepupu gw : “Anakmu bar ngunci dw nang kmr bwh. Aku wis njaluk tlg satpam n ud bs lwt atas pintu. Ki satpam 2 dikei piro?”. Translation : "Anakmu baru saja mengunci dirinya sendiri di kamar bawah. Aku udah minta tolong ke satpam dan udah bisa lewat atas pintu. Ini 2 orang satpam dikasih berapa?”

 

Haddduuuuhhh.......!

 

Untungnya sepupu gw cukup cerdas jadi tidak seketika menelpon gw ketika kejadian berlangsung. Dia tunggu sampai semua terselesaikan dengan baik dan benar baru mengabari gw. Itupun karena dia tidak tahu harus memberi uang lelah berapa rupiah kepada para satpam. Jadi, kejadiannya itu berlangsung setelah Emil selesai dimandikan. Sepupu gw beranjak ke dapur untuk menumis sesuatu. Tapi mendadak terdengar suara,”Cekrek!”. Pembantu di rumah langsung berteriak, ”Emil??!!” dan teriakan itu menyadarkan sepupu gw bahwa Emil terkunci didalam kamar.

 

Sepupu gw mencoba tenang. Dia pergi ke jendela yang terletak didepan. Untungnya tidak sedang dikunci. Jadi dia bisa berkomunikasi dengan Emil. Diajak ngobrol dan diarahkan untuk dapat membuka kunci pintu.

”Emil, diputer kekanan yaa...”.

Dan si Emil memutar kunci kekiri. Lhah...jadi ngunci 2 kali dong??

”Puter kekanan, Emil...”. Baru dia puter kekanan. Sekali ajah. Dduuuuuuh..... . Kondisi ini berulang-ulang dan akhirnya membuat Emil mulai bosan dan ingin keluar.

”Bukaa...bukaaa...”, teriaknya sambil menggedor-gedor pintu. Udah mulai menangis.

Sang tante juga mulai panik. Segera dia minta pembantu yang sebelumnya cuman fashion show bolak balik depan pintu kamar untuk mengambil alih tugasnya menemani Emil dari jendela kamar. Oh iya...jendela ini berteralis, boo.. Jadi tidak bisa untuk lewat Emil.

 

Selanjutnya sepupu gw menelpon pos satpam dan datanglah bala bantuan. Kenapa jadi banyak sekali, karena proses penyelamatan yang melewati lubang angin diatas pintu menuntut postur seseorang yang tidak terlalu besar. Sementara 2 orang satpam yang datang pertama kali body-nya gede-gede.

 

Alhamdulillah drama yang menurut sang tante berlangsung setengah jam lebih itu akhirnya berakhir damai dengan bantuan 3 orang satpam! Dan para satpam sebelum meninggalkan rumah gw berujar,” Emiiiil...Emiiil.....”. Pastinya dengan senyum dan geleng-geleng mode on. Pheewww........

 

Friday, June 27, 2008

Naek Kuda




"Riding the range...riding the range...yahoo!"... Setelah jalan-jalan dari Taman Safari, kami sekeluarga makan di sebuah tempat makan sebelum Ciawi. Gw lupa apa namanya. Yang jelas, disitu ada kuda yang bisa disewa untuk dinaikin. Si Emil dengan gagah berani minta naek, dan gak mau berhenti. Sementara kakaknya penakut banget hehehehe...tapi akhirnya si kakak mau naek juga setelah malu diledekin kalah sama si adek ;-p