Seorang teman yang gw kenal cukup baik, tiba-tiba menyembunyikan sesuatu. Bukan sesuatu yang penting atau dramatis seperti dia berselingkuh dengan pasangan gw atau dia melakukan tindakan kriminal. Sesuatu yang menurut gw biasa aja, tapi menjadi luar biasa karena dia memutuskan untuk tidak menyeritakan itu kepada gw. Keputusan yang membuat tanda tanya besar dalam diri gw : bagaimana orang lain memandang gw?
        Sesuatu yang disembunyikan teman gw tadi gw ketahui dari orang lain dengan mudah. Karena seperti yang telah gw utarakan diatas bahwa sesuatu yang dimaksud itu bukanlah ”big thing”. So, everyone knows, but me. Ketika gw konfirmasi kepada temen gw tersebut, dia hanya menjawab ”tidak enak sama kamu...”. Woww.....Gw langsung terkejut! Sesuatu yang gak penting saja telah membuat temen gw merasa tidak enak kepada gw??? Am I a monster or something?
Gw mencoba memahami situasi dengan analisa gw pribadi. Ketidakenakan teman gw tadi sebenarnya adalah refleksi dari diri sendiri. Dia merasa tidak enak karena gw tidak mendapatkan sesuatu yang dia coba sembunyikan. Gw akhirnya menyadari bahwa dia adalah pribadi yang terlalu melihat segala sesuatu seperti dia melihat kedalam diri sendiri. Gw pernah mendapati sikap dia tentang salah satu teman kami yang kala itu tengah mengalami sesuatu juga. Meskipun tidak diekspresikan secara gamblang, tapi gw jelas menangkap bahwa teman gw ini menyimpan perasaan kecewa dan cemburu. Kenapa orang lain menerima nasib baik dengan mengalami sesuatu tersebut? Kenapa bukan dia? 
    Melihat kedalam diri sendiri tidak selalu salah. Bahkan kadang sangat diperlukan. Jika kita memutuskan sebuah tindakan yang menimbulkan akibat tertentu pada orang lain, maka pastikan bahwa kita telah melihat melalui kacamata : ”seandainya aku menjadi dia atau mereka”. Melihat diri sendiri juga penting ketika kita hendak mengukur kemampuan. Atau ketika kita ingin menjatuhkan pilihan atau kadang penilaian terhadap orang lain. Banyak hal positif dengan selalu melihat refleksi diri kita sendiri. Artinya, itu akan selalu mengingatkan kita untuk tetap berpijak di tanah dan tidak melampaui kemampuan kita.
    Sedangkan ketidakenakan teman gw tadi karena dia berpikir gw pasti akan kecewa atau cemburu atau iri karena dia memperoleh sesuatu sedangkan gw tidak. Sebuah reaksi yang pernah dia rasakan sebelumnya. Dia berkaca pada diri sendiri. Hasilnya? Sebuah rumus yang diyakini teman gw tadi sebagai sesuatu yang baku, yang pasti terjadi pada setiap orang. Termasuk diri gw.
        Tapi, Kawan...dia lupa satu hal bahwa : apakah gw menginginkan sesuatu tersebut? Dan jawaban gw adalah : TIDAK! I’m happy for him/her.
  Karena dia adalah sahabat gw.
  
*gambar diambil disini*
    
 
ada benernya sil.. tapi ada satu masalahnya.. diri kita tidak sama dengan orang lain. alias apa yang kita rasakan belum tentu dirasakan yang sama dengan orang lain. contoh yan jelas, soal sahabat elo itu. Kalo dia mungkin cemburu, tapi ternyata lo tidak kan? :) Bagusnya sih ngukur diri sendiri, dan ngukur juga orang lain (terutama kalo orang itu orang yang deket dengan kita, dikit banyak kita tahu ttg karakter org tsb)
ReplyDeleteMenarik...Saya jadi "berkaca" dari tulisan ini....Thanks for sharing....salam kenal.
ReplyDeleteiya...tapi temen gw mengukur kan hanya dari sisi dia. tapi gw juga jadi sadar, bahwa ternyata gw telah salah menilai karakter teman selama ini. atau gw yang terlalu pede ya bhw sahabat2 gw pasti memberi perhatian sebesar perhatian gw ke mereka? wallahualam hehehehe....
ReplyDeleteThank you, you're welcome. Salam kenal balik :-)
ReplyDeleteWuih,,,,kaya'nya bukan aku,karena aku gak jawab..."”tidak enak sama kamu...”.
ReplyDeleteBagus jeng,bener aku jg jd bekaca...niii...(wis patut po rung...)
hehehe...nek awak-e dw kan model-e tembak langsung,buuuuuuuu....
ReplyDeletenek isa rasah nyimpen rasa, blaka suta wae luwih penak..
setuju to? ;-p