Monday, July 7, 2008

Terkunci Jilid 2

Pernah baca yang ini kan?

Kemaren (7/7/08) kembali terulang kejadian yang sama. Bermula dari sms sepupu gw (babysitter-nya Emil lagi mudik, jadi gw terpaksa impor tantenya dari Solo) yang mengabarkan kelakuan anak sulung gw.

”Adeknya dikunci di kamarmu, Mbak”. Hadduh! Emosi sudah mulai naek. Ditambah lagi, ”Malahan adeknya tiba-tiba sudah didalam kamar mandi dan tereak-tereak minta dibukain”. Hhhhhhh....emosi makin meninggi....

 

Acara town hall meeting di kantor gw tinggal dulu. Rasanya udah pengen mengomel panjang pendek ke si sulung. Seperti biasa, jawabannya tidak bertanggungjawab dan tambah bikin marah. Duhhh!!!! Percakapan ditelpon berakhir dengan ancaman menyita playstation jika kelakuan tidak berubah.

 

Karena waktu sudah mendekati waktu pulang, maka gw memutuskan untuk tidak kembali ke town hall meeting. Toh sudah banyak yang handle, pikir gw. Akhirnya gw memilih sholat Ashar dan dilanjutkan dengan mencari tebengan pulang. Sambil menunggu konfirmasi tebengan, tiba-tiba ada sms masuk lagi. Dari sepupu gw : “Anakmu bar ngunci dw nang kmr bwh. Aku wis njaluk tlg satpam n ud bs lwt atas pintu. Ki satpam 2 dikei piro?”. Translation : "Anakmu baru saja mengunci dirinya sendiri di kamar bawah. Aku udah minta tolong ke satpam dan udah bisa lewat atas pintu. Ini 2 orang satpam dikasih berapa?”

 

Haddduuuuhhh.......!

 

Untungnya sepupu gw cukup cerdas jadi tidak seketika menelpon gw ketika kejadian berlangsung. Dia tunggu sampai semua terselesaikan dengan baik dan benar baru mengabari gw. Itupun karena dia tidak tahu harus memberi uang lelah berapa rupiah kepada para satpam. Jadi, kejadiannya itu berlangsung setelah Emil selesai dimandikan. Sepupu gw beranjak ke dapur untuk menumis sesuatu. Tapi mendadak terdengar suara,”Cekrek!”. Pembantu di rumah langsung berteriak, ”Emil??!!” dan teriakan itu menyadarkan sepupu gw bahwa Emil terkunci didalam kamar.

 

Sepupu gw mencoba tenang. Dia pergi ke jendela yang terletak didepan. Untungnya tidak sedang dikunci. Jadi dia bisa berkomunikasi dengan Emil. Diajak ngobrol dan diarahkan untuk dapat membuka kunci pintu.

”Emil, diputer kekanan yaa...”.

Dan si Emil memutar kunci kekiri. Lhah...jadi ngunci 2 kali dong??

”Puter kekanan, Emil...”. Baru dia puter kekanan. Sekali ajah. Dduuuuuuh..... . Kondisi ini berulang-ulang dan akhirnya membuat Emil mulai bosan dan ingin keluar.

”Bukaa...bukaaa...”, teriaknya sambil menggedor-gedor pintu. Udah mulai menangis.

Sang tante juga mulai panik. Segera dia minta pembantu yang sebelumnya cuman fashion show bolak balik depan pintu kamar untuk mengambil alih tugasnya menemani Emil dari jendela kamar. Oh iya...jendela ini berteralis, boo.. Jadi tidak bisa untuk lewat Emil.

 

Selanjutnya sepupu gw menelpon pos satpam dan datanglah bala bantuan. Kenapa jadi banyak sekali, karena proses penyelamatan yang melewati lubang angin diatas pintu menuntut postur seseorang yang tidak terlalu besar. Sementara 2 orang satpam yang datang pertama kali body-nya gede-gede.

 

Alhamdulillah drama yang menurut sang tante berlangsung setengah jam lebih itu akhirnya berakhir damai dengan bantuan 3 orang satpam! Dan para satpam sebelum meninggalkan rumah gw berujar,” Emiiiil...Emiiil.....”. Pastinya dengan senyum dan geleng-geleng mode on. Pheewww........

 

6 comments:

  1. ganti gerendel aja mbak, pasang yang tinggi, kunci cabut.
    kecuali mo ngunci dari luar..

    ReplyDelete
  2. Ganti yg di dalam gak pake anak kunci, cumi knob untuk ngunci. (kayak kunci kamara mandi yg tinggal tekan, tapi ada yg buat kunci kamar)
    Anak kunci disimpen di luar di tempat yg aman.

    Atau coba mulai jadi freelance, biar kerja dirumah sambil babysitting..... huehehee.....

    ReplyDelete
  3. iya neh...banyak yang nyaranin begitu...thanks yaa...:-)

    ReplyDelete
  4. gak mau kalo harus begadang sampai jam 3 pagi huehehehe...

    ReplyDelete
  5. hadohhh mbok dipikirkan langkah pengamanan lain, kalo pas siang jgn ada kunci nongkrong deh

    ReplyDelete
  6. yoiiii....saiki kunci2 dicopoti kabeh hehehehe

    ReplyDelete