Sekolah Emil

Ada diskusi kecil antara gw dengan Bu ErTe. Ini mengenai anak-anak kami, Farrel & Emil yang usianya sebaya. Kami sepakat menangkap adanya gejala perubahan sikap anak-anak, dimana mereka menjadi lebih menuntut, pemarah dan gampang menangis. Gw pribadi gak punya referensi apa-apa mengenai kasus ini. Tapi kalo Bu ErTe punya pembanding, yaitu perilaku anaknya yang sulung.

 

Si sulung ini ketika seusia adiknya tidak memiliki sikap seperti itu. Memang sih, setiap anak adalah unique. Gak bakalan sama satu dengan yang laen. Tapi menurut Bu ErTe, sikap si sulung dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Waktu itu, keluarga mereka masih tinggal dirumah mertua. Si sulung terbiasa atau dengan kata lain dikondisikan untuk selalu berbagi dengan sepupu-sepupunya. Jadi tidak mengalami fase menjadi anak penuntut, cengeng dan pemarah seperti adiknya (dan juga Emil).

 

Sementara, si Emil dan Farrel ini setiap hari lebih banyak menghabiskan waktu bersama para pengasuh. Kalo sempet maen kerumah tetangga paling hanya pagi atau sore hari saja. Selebihnya praktis bersama si Mbak. Kondisi ini yang nampaknya membuat kedua anak ini lebih pemarah, lebih banyak menuntut dan paling pinter menggunakan senjata andalan : n a n g i s!!

 

Sekarang gw berpikir untuk menyekolahkan anak gw. Maksudnya ke tempat-tempat seperti Kids Sport, Tumble Tots atau Gymboree. Soalnya gw lihat si Dinda, temen maen Emil – 2 tahun, juga memiliki kecenderungan susah untuk berbagi. Misal Emil maen kerumahnya, pasti awalnya dia enggan memberikan mainan ke Emil. Tapi ibu dan pengasuhnya pasti menyemangati,”Sharing...sharing...”. Akhirnya dengan berat hati dia menyerahkan mainan ke Emil. Rupanya yang begini ini produk didikan sekolah. Padahal sekolahnya cuman seminggu sekali lho...Tapi cukup efektif mengajarkan beberapa hal ke anak.

 

Masalahnya, gw musti nunggu papinya pulang dulu. Maklum,boo...gw belom mahir bawa mobil keluar komplek. Kan nombok kalo naksi mulu hehehehehe....